BAB I
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum war.wab
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT. Karena
atas karunia dan rahmat kesehatan yang telah diberikannya, saya dapat
menyelesaikan karya tulis ini tepat waktu. Tidak lupa saya ucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada kedua orang tua saya, karena beliau telah menyiapkan
fasilitas-fasilitas yang saya butuhkan untuk dapat menyelesaikan karya tulis
ini.
Terimakasih saya ucapkan juga kepada guru saya, karena
berkat adanya tugas ini dapat menambah pengetahuan saya. Terimakasih juga untuk
teman-teman saya, karena berkat kalian saya bisa mengintropeksi tugas saya jika
ada kekurangannya.
Sekali lagi saya ucapkan terimakasih kepada kalian yang
sudah membantu saya dalam menyelesaikan karya tulis ini.
Jakarta, 18 Juni 2014
(Diah Novianti Fadhilah)
PENDAHULUAN
Mataram Kuno atau Mataram (Hindu) merupakan sebutan untuk
dua dinasti, yakni Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra, yang berkuasa di
Jawa Tengah bagian selatan. Dinasti Sanjaya yang bercorak Hindu didirikan oleh
Sanjaya pada tahun 732. Beberapa saat kemudian, Dinasti Syailendra yang
bercorak Buddha Mahayana didirikan oleh Bhanu pada tahun 752. Kedua dinasti ini
berkuasa berdampingan secara damai. Nama Mataram sendiri pertama kali disebut
pada prasasti yang ditulis di masa raja Balitung.
Pada umumnya para sejarawan menyebut ada tiga dinasti yang
pernah berkuasa di Kerajaan Medang, yaitu Wangsa Sanjaya dan Wangsa Sailendra
pada periode Jawa Tengah, serta Wangsa Isyana pada periode Jawa Timur.
Istilah Wangsa Sanjaya merujuk pada nama raja pertama
Medang, yaitu Sanjaya. Dinasti ini menganut agama Hindu aliran Siwa. Menurut
teori van Naerssen, pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran (pengganti Sanjaya
sekitar tahun 770-an), kekuasaan atas Medang direbut oleh Wangsa Sailendra yang
beragama Buddha Mahayana.
Mulai saat itu Wangsa Sailendra berkuasa di Pulau Jawa,
bahkan berhasil pula menguasai Kerajaan Sriwijaya di Pulau Sumatra. Sampai
akhirnya, sekitar tahun 840-an, seorang keturunan Sanjaya bernama Rakai Pikatan
berhasil menikahi Pramodawardhani putri mahkota Wangsa Sailendra. Berkat
perkawinan itu ia bisa menjadi raja Medang, dan memindahkan istananya ke
Mamrati. Peristiwa tersebut dianggap sebagai awal kebangkitan kembali Wangsa
Sanjaya.
DAFTAR ISI
BAB II
1. SEJARAH AWAL KERAJAAN MATARAM KUNO
Kerajaan
Mataram Kuno diperkirakan berada di wilayah aliran sungai-sungai Bogowonto,
Progo, Elo, dan Bengawan Solo di Jawa Tengah. Keberadaan kerajaan ini dapat
diketahui dari Prasasti Canggal. Prasasti berangka tahun 732 Masehi ini menyebutkan
bahwa kerajaan itu pada awalnya dipimpin oleh Sana. Setelah kematiannya, tampuk
kekuasaan dipegang oleh keponakannya, Sanjaya.
Pada masa pemerintahan Sri Maharaja Rakai Panangkaran
berdiri pula sebuah dinasti baru di Jawa Tengah, yaitu Dinasti Syailendra yang
beragama Budha. Perkembangan kekuasaan dinasti tersebut di bagian selatan Jawa
Tengah menggeser kedudukan Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu hingga ke bagian
tengah Jawa Tengah.
Akhirnya, untuk memperkuat kedudukan masing-masing, kedua dinasti
itu sepakat bergabung. Caranya adalah melalui pernikahan antara Raja Putri
Pramodharwani dari pihak Syailendra dengan Rakai Pikatan dari dinasti
saingannya.
Kerajaan Mataram Kuno terkenal keunggulannya dalam
pembangunan candi agama Budha dan Hindu. Candi yang diperuntukan bagi agama
Budha antara lain Candi Borobudur, yang dibangun oleh Samaratungga dari Dinasti
Syailendra. Candi Hindu yang dibangun antara lain Candi Rara Jongrang di
Prambanan, yang dibangun oleh Raja Pikatan.
Pada zaman pemerintahan Raja Rakai Wawa terjadi banyak
kekacauan di daerah-daerah yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno
sementara ancaman dari luar mengintainya.
Keadaan menjadi semakin buruk setelah kematian sang raja
akibat perebutan kekuasaan di kalangan istana. Akhirnya, pengganti Raja Wawa
yang bernama Mpu Sindok mengambil keputusan untuk memindahkan pusat
pemerintahannya dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Di sana ia membangun sebuah
dinasti baru yang bernama Isyana.
Kerajaan mataram kuno dipimpin pertama kali oleh Raja
Sanjaya yang terkenal sebagai seorang raja yang besar. Ia adalah penganut Hindu
Syiwa yang taat. Setelah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya meninggal dunia,
beliau kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Sankhara yang bergelar
Rakai Panangkaran Dyah Sonkhara Sri Sanggramadhanjaya.
Raja Panangkaran lebih progresif dan bijaksana daripada
Sanjaya sehingga Mataram Kuno lebih cepat berkembang. Daerah-daerah sekitar
Mataram Kuno segera ditaklukkan, seperti kerajaan Galuh di Jawa Barat dan
Kerajaan Melayu di Semenanjung Malaya.Ketika Rakai Panunggalan berkuasa,
kerajaan Mataram Kuno mulai mengadakan pembangunan beberapa candi megah seperti
candi Kalasan, candi Sewu, candi Sari, candi Pawon, candi Mendut, dan Candi
Borobudur.
Kemudian setelah Rakai Panunggalan meninggal, beliau
digantikan oleh Rakai Warak. Pada zaman pemerintahan Rakai Warak, ia lebih
mengutamakan agama Buddha dan Hindu sehingga pada saat itu banyak masyarakat
yang mengenal agama tersebut. Setelah Rakai Warak meninggal kemudian digantikan
oleh Rakai Garung.
Setelah Rakai Garung
meninggal ia digantikan oleh Rakai Pikatan. Berkat kecakapan dan keuletan Rakai
Pikatan, semangat kebudayaan Hindu dapat dihidupkan kembali. Kekuasaannya pun
bertambah luas meliputi seluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur serta ia pun memulai
pembangunan candi Hindu yang lebih besar dan indah yaitu candi Prambanan (Candi
Lara Jonggrang) di desa Prambanan. Setelah Raja Pikatan wafat ia digantikan
oleh Rakai Kayuwangi. Pada masa pemerintahan Rakai Kayuwangi Kerajaan banyak
menghadapi masalah dan berbagai persoalan yang rumit sehingga timbullah benih
perpecahan di antara keluarga kerajaan. Selain itu zaman keemasan Mataram Kuno
mulai memudar serta banyak terjadi perang saudara.
2. PERKEMBANGAN PEMERINTAHAN
a. Dinasti Sanjaya
Istilah Wangsa Sanjaya diperkenalkan oleh sejarawan bernama
Dr. Bosch dalam karangannya yang berjudul Sriwijaya, de Sailendrawamsa en de
Sanjayawamsa (1952). Ia menyebutkan bahwa, di Kerajaan Medang terdapat dua
dinasti yang berkuasa, yaitu dinasti Sanjaya dan Sailendra.
Istilah Wangsa Sanjaya merujuk kepada nama pendiri Kerajaan
Medang, yaitu Sanjaya yang memerintah sekitar tahun 732. Berdasarkan Prasasti
Canggal (732 M) diketahui Sanjaya adalah penerus raja Jawa Sanna, menganut
agama Hindu aliran Siwa, dan berkiblat ke Kunjarakunja di daerah India, dan
mendirikan Shivalingga baru yang menunjukkan membangun pusat pemerintahan baru.
Menurut penafsiran atas naskah Carita Parahyangan yang
disusun dari zaman kemudian, Sanjaya digambarkan sebagai pangeran dari Galuh
yang akhirnya berkuasa di Mataram. Ibu dari Sanjaya adalah Sanaha, cucu Ratu
Shima dari Kerajaan Kalingga di Jepara.
Ayah dari Sanjaya adalah Sena/Sanna/Bratasenawa, raja Galuh
ketiga. Sena adalah putra Mandiminyak, raja Galuh kedua (702-709 M). Dikemudian
hari, Sanjaya yang merupakan penerus Kerajaan Galuh yang sah, menyerang Galuh
dengan bantuan Tarusbawa, raja Sunda. Penyerangan ini bertujuan untuk
melengserkan Purbasora.
Saat Tarusbawa meninggal pada tahun 723, kekuasaan Sunda dan
Galuh berada di tangan Sanjaya. Di tangannya, Sunda dan Galuh bersatu kembali.
Tahun 732, Sanjaya menyerahkan kekuasaan Sunda-Galuh kepada putranya Rarkyan
Panaraban (Tamperan).
Di Kalingga, Sanjaya memegang kekuasaan selama 22 tahun
(732-754), yang kemudian diganti oleh puteranya dari Déwi Sudiwara, yaitu Rakai
Panangkaran. Secara garis besar kisah dari Carita Parahyangan ini sesuai dengan
prasasti Canggal.
Rakai Panangkaran dikalahkan oleh dinasti pendatang dari
Sumatra yang bernama Wangsa Sailendra. Berdasarkan penafsiran atas Prasasti
Kalasan (778 M), pada tahun 778 raja Sailendra yang beragama Buddha aliran
Mahayana memerintah Rakai Panangkaran untuk mendirikan Candi Kalasan.
Sejak saat itu Kerajaan Medang dikuasai oleh Wangsa
Sailendra. Sampai akhirnya seorang putri mahkota Sailendra yang bernama
Pramodawardhani menikah dengan Rakai Pikatan, seorang keturunan Sanjaya, pada
tahun 840–an. Rakai Pikatan kemudian mewarisi takhta mertuanya. Dengan
demikian, Wangsa Sanjaya kembali berkuasa di Medang.
b. Dinasti Syailendra
Selama ini kerajaan Medang dianggap diperintah oleh dua
wangsa yaitu Wangsa Sailendra yang beragama Buddha dan Wangsa Sanjaya yang
beragama Hindu Siwa, pendapat ini pertama kali diperkenalkan oleh Bosch.
Pada awal era Medang
atau Mataram Kuno, wangsa Sailendra cukup dominan di Jawa Tengah. Menurut para
ahli sejarah, wangsa Sanjaya awalnya berada di bawah pengaruh kekuasaan wangsa
Sailendra.
Mengenai persaingan
kekuasaan tersebut tidak diketahui secara pasti, akan tetapi kedua-duanya
sama-sama berkuasa di Jawa Tengah. Sementara Poerbatjaraka menolak anggapan
Bosch mengenai adanya dua wangsa kembar berbeda agama yang saling bersaing ini.
Menurutnya hanya ada
satu wangsa dan satu kerajaan, yaitu wangsa Sailendra dan Kerajaan Medang.
Sanjaya dan keturunannya adalah anggota Sailendra juga. Ditambah menurut
Boechari, melalui penafsirannya atas Prasasti Sojomerto bahwa wangsa Sailendra
pada mulanya memuja Siwa, sebelum Panangkaran beralih keyakinan menjadi
penganut Buddha Mahayana.
Raja-raja yang berkuasa dari keluarga Sailendra tertera
dalam prasasti Ligor, prasasti Nalanda maupun prasasti Klurak, sedangkan
raja-raja dari keluarga Sanjaya tertera dalam prasasti Canggal dan prasasti
Mantyasih.
Berdasarkan
candi-candi, peninggalan kerajaan Mataram Kuno dari abad ke-8 dan ke-9 yang
bercorak Budha (Sailendra) umumnya terletak di Jawa Tengah bagian selatan,
sedangkan yang bercorak Hindu (Sanjaya) umumnya terletak di Jawa Tengah bagian
utara.
Berdasarkan penafsiran atas prasasti Canggal (732 M) Sanjaya
memang mendirikan Shivalingga baru (Candi Gunung Wukir), artinya ia membangun
dasar pusat pemerintahan baru. Hal ini karena raja Jawa pendahulunya, Raja
Sanna wafat dan kerajaannya tercerai-berai diserang musuh. Saudari Sanna adalah
Sannaha, ibunda Sanjaya, artinya Sanjaya masih kemenakan Sanna.
Sanjaya mempersatukan bekas kerajaan Sanna, memindahkan ibu
kota dan naik takhta membangun kraton baru di Mdang i Bhumi Mataram. Hal ini
sesuai dengan adat dan kepercayaan Jawa bahwa kraton yang sudah pernah pralaya,
diserang, kalah dan diduduki musuh, sudah buruk peruntungannya sehingga harus
pindah mencari tempat lain untuk membangun kraton baru.
Hal ini serupa dengan zaman kemudian pada masa Mataram Islam
yang meninggalkan Kartasura yang sudah pernah diduduki musuh dan berpindah ke
Surakarta. Perpindahan pusat pemerintahan ini bukan berarti berakhirnya wangsa
yang berkuasa.
Hal ini sama dengan Airlangga pada zaman kemudian yang
membangun kerajaan baru, tetapi ia masih merupakan keturunan wangsa penguasa
terdahulu, kelanjutan Dharmawangsa yang juga anggota wangsa Isyana.
Maka disimpulkan meski Sanjaya memindahkan ibu kota ke
Mataram, ia tetap merupakan kelanjutan dari wangsa Sailendra yang menurut
prasasti Sojomerto didirikan oleh Dapunta Selendra.
Pada masa pemerintahan raja Indra (782-812), puteranya,
Samaratungga, dinikahkan dengan Dewi Tara, puteri Dharmasetu, Maharaja
Sriwijaya. Prasasti yang ditemukan tidak jauh dari Candi Kalasan memberikan
penjelasan bahwa candi tersebut dibangun untuk menghormati Tara sebagai
Bodhisattva wanita.
Pada tahun 790,
Sailendra menyerang dan mengalahkan Chenla (Kamboja Selatan), kemudian sempat
berkuasa di sana selama beberapa tahun.
Candi Borobudur selesai dibangun pada masa pemerintahan raja
Samaratungga (812-833). Borobudur merupakan monumen Buddha terbesar di dunia,
dan kini menjadi salah satu kebanggaan bangsa Indonesia.
Dari hasil
pernikahannya dengan Dewi Tara, Samaratungga memiliki putri bernama
Pramodhawardhani dan putra bernama Balaputradewa. Balaputra kemudian memerintah
di Sriwijaya, maka selain pernah berkuasa di Medang, wangsa Sailendra juga
berkuasa di Sriwijaya.
3. KEHIDUPAN RAKYAT MATARAM KUNO
Rakyat Mataram menggantungkan kehidupannya pada hasil
pertanian. Hal ini mengakibatkan banyak kerajaan-kerajaan serta daerah lain
yang saling mengekspor dan mengimpor hasil pertaniannya.
Usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan hasil pertanian
telah dilakukan sejak masa pemerintahan Rakai Kayuwangi. Yang diperdagagkan
pertama-tama hasil bumi, seperti beras, buah-buahan, sirih pinang, dan buah
mengkudu.
Juga hasil industry rumah tangga, seperti alat perkakas dari
besi dan tembaga, pakaian,paying,keranjang, dan barang-barang anyaman, gula,
arang, dan kapur sirih. Binatang ternak seperti kerbau, sapi, kambing, itik,
dan ayam serta telurnya juga di perjual belikan.
Usaha perdagangan juga mulai mendapat perhatian ketika Raja
Balitung berkuasa.Raja telah memerintahkan untuk membuat pusat-pusat
perdagangan serta penduduk disekitar kanan-kiri aliran Sungai Bengawan Solo
diperintahkan untuk menjamin kelancaran arus lalu lintas perdagangan melalui
aliran sungai tersebut.
Sebagai imbalannya, penduduk desa di kanan-kiri sungai
tersebut dibebaskan dari pungutan pajak.
Lancarya pengangkutan perdagangan melalui sungai tersebut
dengan sendirinya akan menigkatkan perekonomian dan kesejahteraan rakyat
Mataram Kuno.
4. RUNTUHNYA KERAJAAN MATARAM KUNO
Runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan oleh beberapa faktor.
Pertama, disebabkan oleh letusan gunung Merapi yang mengeluarkan lahar.
Kemudian lahar tersebut menimbun candi-candi yang didirikan oleh kerajaan,
sehingga candi-candi tersebut menjadi rusak.Kedua, runtuhnya kerajaan Mataram
disebabkan oleh krisis politik yang terjadi tahun 927-929 M.
Ketiga, runtuhnya kerajaan dan perpindahan letak kerajaan
dikarenakan pertimbangan ekonomi. Di Jawa Tengah daerahnya kurang subur, jarang
terdapat sungai besar dan tidak terdapatnya pelabuhan strategis.Sementara di
Jawa Timur, apalagi di pantai selatan Bali merupakan jalur yang strategis untuk
perdagangan, dan dekat dengan daerah sumber penghasil komoditi perdagangan.
Mpu Sindok mempunyai
jabatan sebagai Rake I Hino ketika Wawa menjadi raja di Mataram, lalu pindah ke
Jawa timur dan mendirikan dinasti Isyana di sana dan menjadikan Walunggaluh
sebagai pusat kerajaan.
Mpu Sindok yang membentuk dinasti baru, yaitu Isanawangsa
berhasil membentuk Kerajaan Mataram sebagai kelanjutan dari kerajaan sebelumnya
yang berpusat di Jawa Tengah.
Mpu Sindok memerintah
sejak tahun 929 M sampai dengan 948 M.Sumber sejarah yang berkenaan dengan
Kerajaan Mataram di Jawa Timur antara lain prasasti Pucangan, prasasti
Anjukladang dan Pradah, prasasti Limus, prasasti Sirahketing, prasasti Wurara,
prasasti Semangaka, prasasti Silet, prasasti Turun Hyang, dan prasasti
Gandhakuti yang berisi penyerahan kedudukan putra mahkota oleh Airlangga kepada
sepupunya yaitu Samarawijaya putra Teguh Dharmawangsa.
5. PENINGGALAN-PENINGGALAN KERAJAAN MATARAM KUNO
a. Candi Arjuna
Candi ini mirip dengan candi-candi di komples Gedong Sanga. Berdenah dasar persegi dengan luas sekitar ukuran sekitar 4 m2. Tubuh candi berdiri diatas batur setinggi sekitar 1 m. Di sisi barat terdapat tangga menuju pintu masuk ke ruangan kecil dalam tubuh candi. Pintu candi dilengkapi dengan semacam bilik penampil yang menjorok keluar sekitar 1 m dari tubuh candi.
b. Candi Semar
Candi ini letaknya berhadapan dengan Candi Arjuna. Denah
dasarnya berbentuk persegi empat membujur arah utara-selatan. Batur candi
setinggi sekitar 50 cm, polos tanpa hiasan.
Tangga menuju pintu masuk ke ruang dalam tubuh candi
terdapat di sisi timur. Pintu masuk tidak dilengkapi bilik penampil. Ambang
pintu diberi bingkai dengan hiasan pola kertas tempel dan kepala naga di
pangkalnya. Di atas ambang pintu terdapat Kalamakara tanpa rahang bawah.
3. Candi Puntadewa
3. Candi Puntadewa
Ukuran Candi Puntadewa tidak terlalu besar, namun candi ini
tampak lebih tinggi. Tubuh candi berdiri di atas batur bersusun setinggi
sekitar 2,5 m. Tangga menuju pintu masuk ke dalam ruang dalam tubuh candi
dilengkapi pipi candi dan dibuat bersusun dua, sesuai dengan batur candi.
Atap candi mirip dengan atap Candi Sembadra, yaitu berbentuk
kubus besar. Puncak atap juga sudah hancur, sehingga tidak terlihat lagi bentuk
aslinya. Di keempat sisi atap juga terdapat relung kecil seperti tempat menaruh
arca. Pintu dilengkapi dengan bilik penampil dan diberi bingkai yang berhiaskan
motif kertas tempel.
4. Candi Sembrada
Batur candi setinggi sekitar 50 cm dengan denah dasar berbentuk bujur sangkar. Di pertengahan sisi selatan, timur dan utara terdapat bagian yang menjorok keluar, membentuk relung seperti bilik penampil. Pintu masuk terletak di sisi barat dan, dilengkapi dengan bilik penampil. Adanya bilik penampil di sisi barat dan relung di ketiga sisi lainnya membuat bentuk tubuh candi tampak seperti poligon.
Candi ini terletak di utara Candi Arjuna. Batur candi setinggi sekitar 50 cm dengan denah dasar berbentuk kubus. Di sisi timur terdapat tangga dengan bilik penampil. Pada dinding utara terdapat pahatan yang menggambarkan Wisnu, pada dinding timur menggambarkan Syiwa dan pada dinding selatan menggambarkan Brahma. Sebagian besar pahatan tersebut sudah rusak. Atap candi sudah rusak sehingga tidak terlihat lagi bentuk aslinya.
6. Candi Sari
Candi Sari adalah candi Buddha yang berada
tidak jauh dari Candi Sambi
Sari, Candi Kalasandan Candi Prambanan, yaitu di
bagian sebelah timur laut dari kota Yogyakarta, dan tidak
begitu jauh dari Bandara
Adisucipto. Candi ini dibangun pada sekitar abad ke-8 dan ke-9 pada
saat zaman Kerajaan
Mataram Kuno dengan bentuk yang sangat indah. Pada bagian atas
candi ini terdapat 9 buah stupa seperti yang nampak pada stupa di Candi Borobudur, dan
tersusun dalam 3 deretan sejajar.
Bentuk bangunan candi serta ukiran relief yang ada pada dinding candi sangat mirip dengan relief di Candi Plaosan. Beberapa ruangan bertingkat dua berada persis di bawah masing-masing stupa, dan diperkirakan dipakai untuk tempat meditasi bagi para pendeta Buddha (bhiksu) pada zaman dahulunya. Candi Sari pada masa lampau merupakan suatu Vihara Buddha, dan dipakai sebagai tempat belajar dan berguru bagi para bhiksu.
Bentuk bangunan candi serta ukiran relief yang ada pada dinding candi sangat mirip dengan relief di Candi Plaosan. Beberapa ruangan bertingkat dua berada persis di bawah masing-masing stupa, dan diperkirakan dipakai untuk tempat meditasi bagi para pendeta Buddha (bhiksu) pada zaman dahulunya. Candi Sari pada masa lampau merupakan suatu Vihara Buddha, dan dipakai sebagai tempat belajar dan berguru bagi para bhiksu.
2. Candi Mendut
Candi Mendut adalah sebuah candi bercorak Buddha. Candi yang terletak di Jalan Mayor Kusen Kota Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengahini, letaknya berada sekitar 3 kilometer dari candi Borobudur.
Candi Mendut didirikan semasa pemerintahan Raja Indra dari
dinasti Syailendra.
Di dalam prasasti
Karangtengah yang bertarikh 824 Masehi,
disebutkan bahwa raja Indra telah membangun bangunan suci bernama wenuwana yang
artinya adalah hutan bambu. Oleh seorang ahli arkeologi Belanda bernama J.G. de Casparis, kata ini
dihubungkan dengan Candi Mendut.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Secara umum kerajaan
Mataram Kuno pernah di pimpin oleh 3 dinasti yang pernah berkuasa pada waktu
itu, yaitu Wangsa Sanjaya, Wangsa Sailendra, dan Wangsa Isyana.Istilah Isyana
berasal dari nama Sri Isyana Wikramadharmottunggadewa, yaitu gelar Mpu Sindok
setelah menjadi raja Medang (929–947).
Silsilah Wangsa
Isyana dijumpai dalam prasasti Pucangan tahun 1041 atas nama Airlangga, seorang
raja yang mengaku keturunan Mpu Sindok. Dalam masa 70 tahun itu tercatat hanya
tiga prasasti yang berangka tahun yang ditentuka, yaitu prasasti Hara-Hara
tahun 888 Saka (966 M) prasasti Kawambang Kulwan tahun 913 Saka (992 M) dan
prasasti ucem tahun 934 Saka (1012-1013 M).
Usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan hasil pertanian
telah dilakukan sejak masa pemerintahan Rakai Kayuwangi. Yang diperdagagkan
pertama-tama hasil bumi, seperti beras, buah-buahan, sirih pinang, dan buah
mengkudu.
Juga hasil industry rumah tangga, seperti alat perkakas dari
besi dan tembaga, pakaian,paying,keranjang, dan barang-barang anyaman, gula,
arang, dan kapur sirih. Binatang ternak seperti kerbau, sapi, kambing, itik,
dan ayam serta telurnya juga di perjualbelikan.
wah postingnya bermanfaat banget, makasih ya....
BalasHapusanytime^^
Hapusizin minta copy beberapa materi buat tugas sekolah
BalasHapusanytime^^
Hapussiip
BalasHapusanytime^^
Hapusih bermanfaat sekali bikin nilai aku bagus
BalasHapusyeyyyy
MAKASIH BGT
anytime^^
HapusIzin copy
BalasHapusbagus artikelnya....
BalasHapus
sangat bermanfaat
trimakasih.
Buy titanium fishing pliers at the best prices in Canada!
BalasHapusTeton Fishing titanium pipe Pliers | Shop for the dewalt titanium drill bit set best prices on teton fishing titanium razor pliers grade 5 titanium in Canada at titonianbooks.com. Read our price history and see titanium white dominus price the latest shipping offers.